Menguak Daya Tarik Fiksi Ilmiah Romantis dalam “The Ministry of Time” oleh Kaliane Bradley
Buku Terbaru

Menguak Daya Tarik Fiksi Ilmiah Romantis dalam “The Ministry of Time” oleh Kaliane Bradley

⏳❤️ Menguak Daya Tarik Fiksi Ilmiah Romantis dalam “The Ministry of Time” oleh Kaliane Bradley

Dalam gelombang baru fiksi ilmiah kontemporer yang semakin emosional dan reflektif, hadir sebuah karya debut yang berhasil mencuri perhatian pembaca sejak perilisan resminya pada Mei 2024. The Ministry of Time karya Kaliane Bradley bukan sekadar novel tentang perjalanan waktu, tetapi juga eksplorasi mendalam tentang identitas, trauma kolonial, dan cinta yang melintasi batas zaman.

Novel ini menjadi angin segar bagi pencinta cerita spekulatif, karena menggabungkan sejarah alternatif dengan romansa kompleks, serta menyuguhkan karakter-karakter yang nyata, terluka, namun tetap berjuang memahami makna keberadaan mereka dalam dunia yang terus berubah.

Menguak Daya Tarik Fiksi Ilmiah Romantis dalam “The Ministry of Time” oleh Kaliane Bradley


Premis Unik: Ketika Masa Lalu Bertemu Masa Kini

“The Ministry of Time” dibuka di Inggris, dalam semesta alternatif di mana teknologi perjalanan waktu telah ditemukan dan digunakan oleh pemerintah untuk berbagai kepentingan rahasia. Sang protagonis—seorang diplomat muda dari Foreign Office—ditugaskan untuk mendampingi seorang pria dari abad ke-19 yang telah direkrut sebagai agen waktu.

️ Pria itu, seorang “volunteer” yang hidupnya diambil dari masa lalu, dibawa ke abad 21 untuk menjadi bagian dari program eksplorasi sejarah masa depan. Tugas diplomat bukan hanya untuk menerjemahkan bahasa atau norma sosial, tetapi juga untuk mengawasi, membimbing, dan memahami subjek yang nyaris mustahil untuk dijinakkan.

Namun, hubungan profesional itu perlahan berubah menjadi ikatan emosional rumit yang penuh ketegangan, tarik-ulur, dan pertanyaan moral: Apakah kita bisa mencintai seseorang yang tidak seharusnya berada di waktu ini?


Fiksi Ilmiah + Romansa: Campuran yang Langka Tapi Ampuh

Kaliane Bradley dengan piawai menyatukan genre sci-fi dan romance—dua genre yang biasanya saling menjauh. Namun dalam novel ini, mereka justru saling memperkuat:

  • Fiksi ilmiah hadir melalui dunia alternatif, teknologi rahasia, dan dampak psikologis dari pergeseran waktu.

  • Romansa terasa intens, melankolis, dan tidak berlebihan—berakar dari trauma dan kerinduan, bukan sekadar chemistry fisik.

Seperti The Time Traveler’s Wife atau Outlander, “The Ministry of Time” menempatkan cinta di tengah situasi luar biasa, namun membingkainya dengan kedewasaan emosional yang langka.


Tema: Identitas, Kolonialisme, dan Dislokasi Waktu

Apa jadinya jika seseorang dari masa lalu, penuh dengan nilai konservatif, dihadapkan pada modernitas abad ke-21?

Novel ini tidak segan menyorot:

  • Benturan nilai budaya antara masa kolonial dan pasca-kolonial

  • Pertanyaan eksistensial tentang siapa yang berhak berada di waktu tertentu

  • ⚖️ Kritik lembut terhadap kolonialisme Inggris, lewat narasi yang menguak betapa sistem lama masih hidup dalam bentuk baru

Kaliane Bradley, dengan latar belakang sebagai penulis berdarah campuran Kamboja-Inggris, berhasil menyuntikkan perspektif non-Barat ke dalam struktur cerita yang sangat Inggris—membuat novel ini tidak hanya cerdas, tapi juga berlapis makna.

Tema: Identitas, Kolonialisme, dan Dislokasi Waktu


Karakter: Kompleks, Realistis, dan Penuh Luka

Karakter diplomat (yang narasinya diceritakan dari sudut pandang orang pertama) digambarkan dengan suara yang cerdas, sedikit sarkastik, namun rentan. Ia bukan pahlawan, tapi manusia yang meragukan pekerjaannya sendiri, jatuh cinta diam-diam, dan sering kali bimbang secara moral.

Sementara sang penjelajah waktu dari abad ke-19 adalah sosok penuh karisma, tetapi dibayangi oleh trauma dan ideologi masa lampau. Ia bukan nostalgia hidup, melainkan potret masa lalu yang tidak bisa sepenuhnya dipulihkan atau dipahami oleh zaman modern.

Hubungan mereka bukan love story ideal. Ini adalah ketegangan antara dua dunia, dua bahasa, dua luka—dan cinta yang tidak bisa dijelaskan secara logika.


✍️ Gaya Bahasa: Liris tapi Cerdas

Bradley menulis dengan gaya yang:

  • Liris dan melankolis, tetapi tetap penuh ironi

  • Mengandung banyak referensi sejarah, filosofi, dan literatur

  • Terkadang menyakitkan, namun tetap menggugah

Buku ini seperti surat cinta untuk pembaca yang menyukai kalimat panjang, introspektif, dan penuh emosi yang terpendam.


Cocok untuk Siapa?

Jika kamu menyukai:

  • Fiksi ilmiah spekulatif seperti “Station Eleven”

  • Romansa tragis ala “Call Me By Your Name”

  • Cerita lintas waktu dengan filosofi mendalam

…maka “The Ministry of Time” wajib masuk daftar bacamu.


Penutup: Ketika Waktu Bukan Sekadar Jam, Tapi Rasa

The Ministry of Time bukan hanya fiksi ilmiah. Ini adalah novel tentang bagaimana waktu bisa menjadi penjara, sekaligus tempat berlindung. Tentang bagaimana cinta kadang tidak datang di waktu yang tepat, tapi tetap memiliki kekuatan untuk mengubah segalanya.

Dengan keberanian menyajikan cerita hibrida yang jarang ditemui, Kaliane Bradley menciptakan debut novel yang akan membekas di hati pembaca lama setelah halaman terakhir ditutup.

⏳✨

BACA JUGA: Kerumitan Cinta & Kenangan dalam ‘Hujan’ Karya Tere Liye

Back To Top