Membunuh Kemalasan lewat ‘Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat’ Karya Mark Manson
Pengembangan Diri

Membunuh Kemalasan lewat ‘Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat’ Karya Mark Manson

Membunuh Kemalasan lewat ‘Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat’ Karya Mark Manson

Kalau kamu pernah merasa stuck, kehilangan motivasi, atau justru terlalu banyak keinginan hingga tak satu pun benar-benar kamu kejar—Mark Manson hadir bukan untuk memotivasi, tapi untuk… menamparmu dengan kenyataan.

Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a Fck*) bukan buku pengembangan diri seperti biasanya. Ia tidak menawarkan “positivity” manis, tidak mengajakmu untuk memeluk pelangi, tapi justru mengajakmu untuk memilih penderitaan yang layak kamu perjuangkan.

Buku ini sangat cocok buat kamu yang ingin membunuh rasa malas bukan dengan motivasi semu, tapi lewat cara berpikir yang brutal, jujur, dan menyelamatkan.

Membunuh Kemalasan lewat ‘Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat’ Karya Mark Manson


❌ Apa yang Salah dengan Buku Self-Help Biasa?

Mark Manson memulai bukunya dengan kritik terhadap industri self-help yang terlalu fokus pada “bahagia sepanjang waktu”. Menurutnya, obsesi terhadap kebahagiaan malah membuat orang merasa… semakin tidak bahagia.

Kenapa?

Karena:

  • Terlalu sering membandingkan diri dengan standar palsu

  • Merasa gagal hanya karena tidak merasa “positif”

  • Mengira hidup orang lain lebih keren karena unggahan Instagram

Alih-alih menyuruh kita berpikir positif, Mark berkata:

“Jangan berusaha selalu bahagia. Berusahalah untuk jujur.”


Prinsip “Bodo Amat” Bukan Berarti Tidak Peduli

Judulnya memang provokatif, tapi makna “bodo amat” dalam buku ini bukan berarti hidup sembarangan. Justru, “bodo amat” berarti kamu memilih dengan sadar hal apa yang layak kamu pedulikan.

✔️ Bodo amat terhadap:

  • Penilaian orang asing

  • Harapan sosial yang tidak sesuai dirimu

  • Kesempurnaan semu yang dibentuk media

❗ Tapi tetap peduli pada:

  • Nilai hidup yang kamu pilih sendiri

  • Tanggung jawab pribadi

  • Hubungan dan perjuangan yang bermakna

Manson mengajak pembaca untuk mengurangi kebisingan mental, menyaring apa yang penting, dan membuang sisanya. Di sinilah letak pembunuh rasa malas: klarifikasi tujuan dan pengorbanan.


Bagaimana Buku Ini Membunuh Kemalasan?

Banyak orang malas bukan karena tidak mau berusaha, tapi karena:

  1. Terlalu banyak pilihan dan bingung harus mulai dari mana

  2. Terjebak dalam ilusi harus “sempurna dulu baru mulai”

  3. Takut gagal karena terlalu banyak ekspektasi

Buku ini menampar semua itu dengan prinsip:

“Kamu tidak istimewa. Dan itu justru membebaskan.”

Dengan menerima bahwa kamu bukan pusat dunia, kamu berhenti menunda.
Dengan menerima bahwa penderitaan itu pasti, kamu berhenti menghindari kerja keras.
Dengan memilih hal yang layak diperjuangkan, kamu punya alasan bangun dari kasur.


Poin-Poin Penting yang Bisa Diterapkan Pembaca Indonesia

1. Jangan Tanggung Tanggung Sengsara

Manson menulis:

“Setiap orang hidup untuk menanggung sesuatu. Pilih yang pantas untuk ditanggung.”

Di Indonesia, banyak orang terjebak kerja yang tidak disukai, relasi yang menyiksa, atau gaya hidup konsumtif—semua karena merasa “harus diterima lingkungan”. Manson mendorong: sengsara boleh, asal punya makna.


2. Gagal Itu Normal, Jadi Ayo Gagal Lebih Cepat

Budaya malu gagal membuat banyak anak muda takut mencoba. Padahal, kata Manson:

“Gagal adalah proses penyaringan nilai. Kamu tidak tahu apa yang penting kalau belum salah dulu.”

Solusinya? Ambil keputusan, hadapi akibatnya, evaluasi. Jangan tunda karena takut jelek. Semua orang mulai dari nol.


3. Tanggung Jawab Tanpa Alasan

Satu bab penuh buku ini membahas bahwa kita selalu bertanggung jawab atas perasaan dan tindakan kita, meskipun bukan kita penyebab awalnya.

Contoh lokal: Kalau kamu ditolak kerja, mungkin bukan salahmu. Tapi menyalahkan sistem atau “emang nasib gue” tidak akan mengubah hidupmu.

Manson bilang:

“Menyalahkan orang lain adalah bentuk kemalasan paling mematikan.”


4. Nilai Hidup Itu Dipilih, Bukan Ditemukan

Banyak orang hidup “mengalir saja”, padahal aliran itu bisa menuju jurang. Dalam buku ini, pembaca diajak untuk:

  • Menentukan 2-3 nilai utama hidupnya

  • Menyaring keputusan berdasar nilai tersebut

  • Menerima konsekuensinya dengan rela

Inilah pembunuh malas: ketika kamu tahu kenapa kamu bangun pagi.


Format Buku & Gaya Bahasa

Ditulis dengan gaya sarkastik, jujur, dan penuh analogi liar, buku ini terasa seperti obrolan dengan teman yang cerewet tapi jujur. Kadang kamu akan ketawa, kadang juga “ketampar”.

Ringan dibaca tapi berat dicerna. Cocok untuk:

  • Mahasiswa yang kehilangan arah

  • Pekerja yang bosan tapi takut pindah

  • Siapa saja yang tahu mereka sedang malas tapi tidak tahu kenapa

Format Buku & Gaya Bahasa


Penutup: Bodo Amat yang Menyelamatkan

Membunuh kemalasan tidak harus lewat seminar motivasi. Kadang yang kita butuhkan hanyalah tamparan jujur: bahwa hidup itu susah, kamu tidak spesial, dan kamu tetap bisa memilih jalan terbaik dengan nilai yang kamu yakini.

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah buku yang mengubah hidup bukan lewat inspirasi, tapi lewat pengakuan jujur tentang kenyataan—dan di situlah, keajaiban dimulai.

BACA JUGA: Ngakak Bareng di ‘Cinta Brontosaurus’ Karya Raditya Dika: Komedi Jomblo yang Nanggung Tapi Relatable

Back To Top